ILMU KELISTRIKANThis is a featured page
PENGAMANAN TERHADAP LISTRIK
Listrik Sahabat Kita Supaya kita dapat memanfaatkan listrik secara maksimal maka kita harus memelihara instalasi listrik yang ada di rumah dan di sekitar kita dengan baik, karena kerusakan pada instalasi dan kesalahan penggunaan dapat membahayakan keselamatan kita. Pada hakekatnya kita bisa memanfaatkan dan memelihara peralatan dan instalasi listrik dengan baik, karena listrik adalah sahabat kita.
Fungsi, Peralatan pada lnstalasi Listrik
Kabel/ kawat :
Penghantar arus
Tiang Listrik :
Mengamankan penghantar listrik dari jangkauan manusia/binatang.
Sekring/pembatas :
Pengaman arus listrik
Meter Listrik :
Pengukur pemakaian listrik Sakelar(konduktor). :
Alat penghubung dan pemutus arus/aliran listrik
Steker :
Alat untuk menyambungkan arus listrik (ditusukkan ke stop kontak)
Stop Kontak :
Tempat menghubungkan arus listrik; tempat steker dapat ditusukkan.
Prinsip Kerja Instalasi Listrik
A. Konduktor
Konduktor adalah bahan yang dapat mengalirkan arus listrik misalnya, tembaga, kuningan, besi, baja, seng. Air juga merupakan konduktor maka barang-barang yang basah dapat dialiri arus listrik.
B. Isolator
Isolator adalah bahan yang tidak mengalirkan arus listrik, misalnya: keramik, plastik, karet, kayu, kain.
C. Arus Listrik
Listrik dialirkan melalui kawat yang terbuat dari tembaga, Supaya arus listrik dapat mengalir dengan aman maka kawat sering dibungkus dengan bahan yang tidak mengalirkan listrik (isolator). Untuk jaringan kawat yang tidak dibungkus isolator, pada tiang-tiangnya dipasang isolasi dari keramik supaya listrik tidak mengalir ke tiang listrik. Pada prinsipnya arus listrik harus tetap dijaga agar mengalir dengan baik menuju alat-alat yang menggunakan listrik. Kebocoran pada isolator dapat menyebabkan hubungan singkat (kortsleting) yang dapat menimbulkan kebakaran atau bahaya tersengat aliran listrik pada manusia, bahkan jika tegangan listrik cukup besar dapat mengakibatkan kematian.
Cara yang aman memanfaatkan aliran listrik Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
» Tidak melanggar aturan dan tata tertib dalam pemakaian listrik, apalagi yang
melanggar hukum dan berbahaya:
• Mencantol/mencuri listrik untuk keperluan pribadi maupun umum, misalnya
menyetrum ikan, penerangan umum atau olah raga diwaktu malam.
• Merubah meteran listrik atau merusak segel meteran listrik.
» Menghindari kesalahan mempergunakan peralatan listrik misalnya,
• Lupa mencabut seterikaan/meninggalkan terlalu lama.
• Memakai stop kontak yang bertumpuk-tumpuk.
• Mengganti kawat sikring dengan kawat biasa.
• Memakai peralatan listrik yang tidak layak pakai (kabel terkelupas, longgar
dsb).
» Pada saat memperbaiki jaringan atau alat listrik tidak lupa mematikan
arus/mencabut stop kontak dahulu. » Menjauhkan benda-benda yang menempel ke jaringan kabel atau bisa merusak
jaringan: ranting pohon, benang layangan, antene, galah, tempat pembakaran
sampah.
» Segera mematikan listrik bila terjadi bencana alam, banjir, kebakaran, angin
topan, gempa bumi.
» Mengawasi anak-anak supaya tidak mendekati/bermain dengan stop kontak
listrik.
» Tidak mengalirkan aliran listrik pada barang-barang yang tidak semestinya,
misalnya pagar/tralis meskipun untuk alasan keamanan.
» Segera memberitahukan ke kantor PLN terdekat jika ada kerusakan, gangguan atau kelainan pada instalasi listrik.
Hal-hal yang perlu dilakukan bila menghadapi bahaya listrik
A. Akibat aliran listrik dalam tubuh
Arus listrik yang mengalir melalui tubuh manusia (tersengat listrik) dapat
mengakibatkan:
• Jantung berhenti berdenyut.
• Otot berkontraksi (mengerut).
• Pernafasan berhenti sebab pusat saraf di otak yang mengatur pernafasan
lumpuh
• Luka bakar.
B.Pertolongan.
•Minta pertolongan (berteriak).
• Matikan listrik (putuskan hubungan/kontak).
• Amankan penderita dari bahaya fisik langsung.
• Periksakan denyut nadi dan pernafasan serta rawat si korban seperlunya.
• Bila pernafasan dan denyut nadi sudah pulih, rawatlah luka bakar atau luka
lainnya bila ada.
• Pindahkan korban ke lokasi yang aman untuk perawatan selanjutnya.
• Korban perlu selalu ditunggui selama tim dokter menangani korban.
C. Pertolongan pertama untuk penderita pernafasan berhenti akibat sengatan listrik.
•Amankan korban dari bahaya. Usahakan jalan udara untuk pernafasan
lancar.
• Bila ada muntah/darah atau benda lain di mulut korban, keluarkan segera.
• Telentangkan si korban, tekuk kepalanya ke belakang, tarik rahangnya ke
depan agar lidah tidak menutup lubang tenggorokan
• Lakukan pernafasan mulut ke mulut 3-4 kali, secepat mungkin.
• Pulihkan fungsi jantung dengan melakukan urutan jantung (cardiac
resuscitation)
• Untuk orang dewasa: Frekuensi pengurutan di lakukan 60 kali setiap menit
• Untuk anak kecil : 90 kali setiap menit.
Catatan:
• Hindari tekanan yang terlalu keras agar tidak mengakibatkan tulang rusuk
korban rusak.
• Upayakan pemulihan denyut nadi maupun pernafasan.
Overhead Groundwire,
Perlindungan Transmisi Tenaga Listrik dari Sambaran Petir
Bagi orang awam, petir merupakan sesuatu yang menakutkan. Tidak sedikit korban yang meninggal akibat sambaran petir termasuk korban manusia. Tetapi anggapan bagi orang dengan kekhususan Tenaga Listrik, petir merupakan sesuatu yang perlu dikaji lebih dalam. Berbagai usaha dilakukan untuk melindungi peralatan listrik dari petir. Transmisi tenaga listrik lewat saluran udara terbuka merupakan "sasaran sambaran petir". Untuk itulah diperlukan perlindungan, diantaranya dengan menggunakan overhead groundwire (kawat tanah).
Pendahuluan
Petir merupakan kejadian alam di mana terjadi loncatan muatan listrik antara awan dengan bumi. Loncatan muatan listrik tersebut diawali dengan mengumpulnya uap air di dalam awan. Ketinggian antara permukaan atas dan permukaan bawah pada awan dapat mencapai jarak sekitar 8 km dengan temperatur bagian bawah sekitar 60 oF dan temperatur bagian atas sekitar - 60 oF. Akibatnya, di dalam awan tersebut akan terjadi kristal-kristal es. Karena di dalam awan terdapat angin ke segala arah, maka kristal-kristal es tersebut akan saling bertumbukan dan bergesekan sehingga terpisahkan antara muatan positif dan muatan negatif. Pemisahan muatan inilah yang menjadi sebab utama terjadinya sambaran petir. Pelepasan muatan listrik dapat terjadi di dalam awan, antara awan dengan awan, dan antara awan dengan bumi tergantung dari kemampuan udara dalam menahan beda potensial yang terjadi. Petir yang kita kenal sekarang ini terjadi akibat awan dengan muatan tertentu menginduksi muatan yang ada di bumi. Bila muatan di dalam awan bertambah besar, maka muatan induksi pun makin besar pula sehingga beda potensial antara awan dengan bumi juga makin besar. Kejadian ini diikuti pelopor menurun dari awan dan diikuti pula dengan adanya pelopor menaik dari bumi yang mendekati pelopor menurun. Pada saat itulah terjadi apa yang dinamakan petir. Panjang kanal petir bisa mencapai beberapa kilometer, dengan rata-rata 5 km. Kecepatan pelopor menurun dari awan bisa mencapai 3 % dari kecepatan cahaya. Sedangkan kecepatan pelepasan muatan balik mencapai 10 % dari kecepatan cahaya.
Sistem Perlindungan Petir
Mengingat kerusakan akibat sambaran petir yang cukup berbahaya, maka muncullah usaha-usaha untuk mengatasi sambaran petir. Teknik penangkal petir pertama kali ditemukan oleh Benyamin Franklin dengan menggunakan interseptor (terminal udara) yang dihubungkan dengan konduktor metal ke tanah. Teknik ini selanjutnya terus dikembangkan untuk mendapatkan hasil yang efektif. Sekilas mengenai teknik penangkal petir, dikenal 2 macam sistem, yaitu :
1. Sistem Penangkal Petir
Sistem ini menggunakan ujung metal yang runcing sebagai pengumpul muatan dan diletakkan pada tempat yang tinggi sehingga petir diharapkan menyambar ujung metal tersebut terlebih dahulu. Sistem ini memiliki kelemahan di mana apabila sistem penyaluran arus petir ke tanah tidak berfungsi baik, maka ada kemungkinan timbul kerusakan pada peralatan elektronik yang sangat peka terhadap medan transien.
2. Dissipation Array System (DAS)
Sistem ini menggunakan banyak ujung runcing (point discharge) di mana tiap bagian benda yang runcing akan memindahkan muatan listrik dari benda itu sendiri ke molekul udara di sekitarnya. Sistem ini mengakibatkan turunnya beda potensial antara awan dengan bumi sehingga mengurangi kemampuan awan untuk melepaskan muatan listrik.
Sistem Perlindungan Petir Pada Transmisi Tenaga Listrik
Petir akan menyambar semua benda yang dekat dengan awan. Atau dengan kata lain benda yang tinggi akan mempunyai peluang yang besar tersambar petir. Transmisi tenaga listrik di darat dianggap lebih efektif menggunakan saluran udara dengan mempertimbangkan faktor teknis dan ekonomisnya. Tentu saja saluran udara ini akan menjadi sasaran sambaran petir langsung. Apalagi saluran udara yang melewati perbukitan sehingga memiliki jarak yang lebih dekat dengan awan dan mempunyai peluang yang lebih besar untuk disambar petir. Selama terjadinya pelepasan petir, muatan positif awan akan menginduksi muatan negatif pada saluran tenaga listrik. Muatan negatif tambahan ini akan mengalir dalam 2 arah yang berlawanan sepanjang saluran. Surja ini mungkin akan merusak isolasi saluran atau hanya terjadi pelepasan di antara saluran-saluran tersebut. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dan tegangan ekstra tinggi (EHV) cenderung untuk melindungi saluran dari adanya tegangan lebih akibat surja hubung dan surja petir. Untuk tegangan ultra tinggi (UHV), desain isolasi lebih cenderung kepada proteksi terhadap surja hubung. Adanya tegangan lebih ini akan mengakibatkan naiknya tegangan operasi yang tentunya dapat merusak peralatan-peralatan listrik. Dalam hal melindungi saluran tenaga listrik tersebut, ada beberapa cara yang dapat diterapkan. Salah satu cara yang paling mudah adalah dengan menggunakan kawat tanah (overhead groundwire) pada saluran. Prinsip dari pemakaian kawat tanah ini adalah bahwa kawat tanah akan menjadi sasaran sambaran petir sehingga melindungi kawat phasa dengan daerah/zona tertentu. Overhead groundwire yang digunakan untuk melindungi saluran tenaga listrik, diletakkan pada ujung teratas saluran dan terbentang sejajar dengan kawat phasa. Groundwire ini dapat ditanahkan secara langsung atau secara tidak langsung dengan menggunakan sela yang pendek. Dalam melindungi kawat phasa tersebut, daerah proteksi groundwire dapat digambarkan seperti pada Gambar 1. Gambar 1 Gambar 1. Daerah proteksi dengan menggunakan 1 buah groundwire Dari gambar di atas, misalkan groundwire diletakkan setinggi h meter dari tanah. Dengan menggunakan nilai-nilai yang terdapat pada gambar tersebut, titik b dapat ditentukan sebesar 2/3 h. Sedangkan zona proteksi groundwire terletak di dalam daerah yang diarsir. Di dalam zona tersebut, diharapkan tidak terjadi sambaran petir langsung sehingga di daerah tersebut pula kawat phasa dibentangkan. Apabila hx merupakan tinggi kawat phasa yang harus dilindungi, maka lebar bx dapat ditentukan dalam 2 kondisi, yaitu :
o Untuk hx > 2/3 h , bx = 0,6 h (1 – hx/h)
o Untuk hx < 2/3 h , bx = 1,2 h (1 – hx/0,8h)
Dalam beberapa kasus, sebuah groundwire dirasa belum cukup untuk memproteksi kawat phasa sepenuhnya. Untuk meningkatkan performa dalam perlindungan terhadap sambaran petir langsung, lebih dari satu groundwire digunakan. Bila digunakan 2 buah groundwire dengan tinggi h dari tanah dan terpisah sejauh s, perhitungan untuk menetapkan zona proteksi petir dilakukan seperti halnya menggunakan 1 buah groundwire. Gambar 2 menunjukkan zona perlindungan dari penggunaan 2 buah groundwire. Gambar 2 Gambar 2. Zona perlindungan dari penggunaan 2 buah groundwire Dari gambar tersebut, apabila ho menyatakan tinggi titik dari tanah di tengah-tengah 2 groundwire yang terlindungi dari sambaran petir, maka ho dapat ditentukan : ho = h - s/4 Sedangkan daerah antara 2 groundwire dibatasi oleh busur lingkaran dengan jari-jari 5/4 s dengan titik pusat terletak pada sumbu di tengah-tengah 2 groundwire. Seperti disebutkan sebelumnya bahwa hadirnya groundwire dimaksudkan sebagai tempat sambaran petir langsung dan dapat melindungi kawat phasa. Zona perlindungan groundwire dapat dinyatakan dengan parameter sudut perlindungan, yaitu sudut antara garis vertikal groundwire dengan garis hubung antara groundwire dan kawat phasa. Jika sudut perlindungan tersebut dinyatakan dalam a dan tinggi groundwire adalah h, maka probabilitas sambaran petir pada groundwire (p) dapat ditentukan sebagai berikut :
log p =ILMU KELISTRIKAN - M@RTEN_86 (revolt never die)- 4
Dari persamaan tersebut, terlihat bahwa makin tinggi groundwire dan sudut perlindungan yang besar, akan mengakibatkan probabilitas tersebut meningkat. Untuk itu diperlukan pemilihan tinggi groundwire dan sudut perlindungan yang tepat untuk mendapatkan performa perlindungan yang baik dari sambaran petir. Gambar 3
Gambar 3. Kurva ketinggian
groundwire vs sudut perlindungan Gambar 4
Gambar 4. Kurva probabilitas kegagalan perlindungan vs sudut perlindungan Gambar 3 menunjukkan kurva antara ketinggian rata-rata groundwire vs sudut perlindungan rata-rata. Dari gambar tersebut terlihat daerah berwarna hitam merupakan daerah kemungkinan gagal dalam perlindungan. Sedangkan gambar 4 menunjukkan probabilitas kegagalan perlindungan dari sambaran petir ke saluran sebagai fungsi dari ketinggian groundwire dan sudut perlindungan. Dengan demikian, kurva pada gambar 3 menunjukkan probabilitas kegagalan dalam perlindungan kurang dari 1 % (berdasar kurva gambar 4). Probabilitas ini berarti lebih kecil dari satu kali kegagalan dalam setiap 100 sambaran petir pada groundwire. Untuk meningkatkan keandalan sistem ini, diperlukan pentanahan yang baik pada setiap menara listrik. Jika petir menyambar pada groundwire di dekat menara listrik, maka arus petir akan terbagi menjadi dua bagian. Sebagian besar arus tersebut mengalir ke tanah melalui pentanahan pada menara tersebut. Sedangkan sebagian kecil mengalir melalui groundwire dan akhirnya menuju ke tanah melalui pentanahan pada menara listrik berikutnya. Lain halnya jika petir menyambar pada tengah-tengah groundwire antara 2 menara listrik. Gelombang petir ini akan mengalir ke menara-menara listrik yang dekat dengan tempat sambaran tersebut.
Usaha Untuk Meningkatkan Performa Perlindungan
Usaha yang paling mudah untuk meningkatkan performa perlindungan adalah dengan menggunakan lebih dari satu groundwire. Dengan cara ini diharapkan petir akan selalu menyambar pada groundwire sehingga memperkecil probabilitas kegagalan perlindungan. Cara ini dapat disertai dengan menggunakan counterpoise, yaitu konduktor yang ditempatkan di bawah saluran (lebih sering dibenamkan dalam tanah) dan dihubungkan dengan sistem pentanahan dari menara listrik. Hasilnya, impedansi surja akan lebih kecil. Usaha-usaha lainnya di antaranya :
* Memasang couplingwire di bawah kawat phasa (konduktor yang disertakan di bawah saluran transmisi dan dihubungkan dengan sistem pentanahan menara listrik).
* Mengurangi resistansi pentanahan menara listrik dengan menggunakan elektroda pentanahan yang sesuai.
* Menggunakan arester.
Cara yang terakhir ini boleh dikatakan sebagai alat pelindung yang paling baik terhadap gelombang surja. Arester inilah yang terus dikembangkan oleh para ahli untuk mendapatkan performa perlindungan yang makin baik.
Kesimpulan
Pemakaian overhead groundwire dalam saluran transmisi tenaga listrik mempunyai harapan agar sambaran petir tidak mengenai kawat phasa. Luas zona/daerah perlindungan groundwire tergantung dari ketinggian groundwire itu sendiri. Probabilitas kegagalan dalam perlindungan akan naik dengan makin tingginya groundwire dan besarnya sudut perlindungan. Untuk itu diperlukan pemilihan ketinggian serta sudut perlindungan yang sesuai untuk mendapatkan perlindungan yang baik. Peningkatan performa perlindungan transmisi tenaga listrik dari sambaran petir yang paling mudah dilakukan dengan menambah jumlah groundwire. Kombinasi pemakaian groundwire dengan peralatan-peralatan lainnya sangat diharapkan untuk memperoleh performa perlindungan yang lebih tinggi di antaranya dengan pemakaian arester yang merupakan alat pelindung modern.
Daftar Pustaka
* "IEEE Application Guide for Surge Protection of Electric Generating Plants" dalam IEEE Std C62.23-1995.
* Arismunandar, Artono, Teknik Tegangan Tinggi, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1994.
* Frydenlund, M.M., Lightning : Protection for People and Property, Van Nostrand Reinhold, New York, 1993.
* Garniwa, Iwa, Dasar Perencanaan Instalasi Penangkal Petir, Jurusan Elektro FTUI.
* Jha, R.S., High Voltage Engineering, Dhanpat Rai & Sons, Delhi, 1981.
* Razevig, D.V., High Voltage Engineering, Khanna-Publishers, Delhi, 1982.q
MOTOR LISTRIK
15 tahun yang lalu